Dugaan Meteorit di Bima Tidak Terbukti

Tim peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan, Selasa (18/5/2010), menyimpulkan, dugaan jatuhnya meteorit di Pegunungan Wawo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, pada 3 Mei 2010 lalu tidak terbukti.

Petunjuk-petunjuk di lokasi menunjukkan, suara ledakan keras, cahaya terang, serta lubang tanah disertai pelelehan batuan itu lebih kuat disebabkan oleh terputusnya kabel listrik bertegangan tinggi. Kabel yang masih mengalirkan arus listrik tegangan tinggi itu terputus dan bergerak liar mengenai batuan basah.

”Ibarat las listrik (arc welding), lompatan arus listrik itu menyebabkan cahaya sangat terang dan suhunya mencapai ribuan derajat celsius,” kata peneliti senior pada Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan, Thomas Djamaluddin.

Sejak hari Minggu, tim peneliti Lapan menganalisis kembali lokasi yang diduga menjadi tempat jatuhnya meteorit. Sebelumnya, ditemukan sampel batuan beku dari lelehan silika yang mengindikasikan kejanggalan.

Menurut Djamaluddin, silika memiliki titik leleh 1.600 derajat celsius. Belum ada literatur yang menyebutkan bahwa meteorit dalam ukuran relatif kecil bisa melelehkan silika pada suhu 1.600 derajat celsius. ”Meteorit yang masuk ke atmosfer Bumi juga mengalami pendinginan sehingga tidak akan mampu melelehkan silika dengan suhu 1.600 derajat celsius,” ujarnya.

Satu titik

Ditengarai lubang tanah berdiameter sekitar 50 sentimeter dengan kedalaman satu sampai dua meter menjadi lokasi jatuhnya meteorit. Menurut Djamaluddin, lubang tanah ini dimungkinkan terjadi akibat konsentrasi pemanasan pada satu titik setelah kabel yang menjadi seperti las listrik itu berhenti bergerak liar.

”Berdasarkan keterangan dari petugas PLN, kabel yang terputus itu kemudian habis terbakar sampai lima meter,” kata Djamaluddin.

Petunjuk lain diperoleh dari bekas sengatan-sengatan suhu tinggi pada bebatuan di sekitar lokasi. Alur-alur hitam pada bebatuan di beberapa tempat itu menunjukkan bekas goresan paparan panas sangat tinggi dari kabel yang bergerak liar.

”Pada saat terhenti dan memanasi satu titik, suhunya mampu melelehkan silika yang terdapat pada batuan kaca,” kata Djamaluddin.

Titik leleh tembaga itu lebih rendah dari silika, yaitu 1.080 derajat celsius. Namun, akumulasi panasnya mampu melelehkan silika.

Secara terpisah, Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Program Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Teguh Rahardjo, ketika dihubungi kemarin petang, mengatakan, fenomena yang terjadi di Bima masih diasumsikan sebagai dampak dari meteorit jatuh.

”Kami masih memiliki asumsi meteorit jatuh di Bima. Kami belum menerima laporan penelitian yang lebih lanjut oleh Lapan,” kata Teguh.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3dRoWtvOWuil19BCZtTS5L6DXsJinpOZL2HRk1fC23Ov-TYwObM0zEu9_TSB3671nbnN-ATBH3qHEx7YEgD-5zO_HJ5bg7EF2ovfvrGZJIXiNZbNSIBGQPUUeB_hBkTp7KjRc_VM9UGfx/s1600/meteorit.jpg
kompas.com
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Dugaan Meteorit di Bima Tidak Terbukti"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © 2015 B-Mus - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top