"Jangan main-main dengan rakyat!" kata tetangga saya lagi dengan nada tinggi.
Sejak 2008, pemerintah mencanangkan proyek pengadaan tabung gas ukuran 3 kg sebagai pengganti minyak tanah, yang makin sulit didapat. Niat awal pemerintah memang mulia; ingin menyejajarkan semua rakyat dengan orang mapan, yang sudah lama menikmati gas di rumahnya.
Namun, proyek terburu-buru itu keburu meluncur. Yang terjadi kemudian, karena diproduksi secara massal, so pasti banyak yang tidak beresnya. Mana mungkin pengelola Standar Nasional Indonesia (SNI) mampu mengecek satu per satu tabung gas yang jumlahnya ribuan. Yang penting barang jadi sesuai pesanan negara dan kita tunggu dampak dari "bom" munggil warna hijau itu.
Apa yang terjadi kemudian, tabung gas itu jadi teror baru, menjadi headline media massa, menjadi topik panas, bersaing dengan berita koruptor, pejabat cabul, artis cabul, gerakan teroris, dan pemilu kepala daerah. Mari kita periksa, apakah rumah pejabat berwenang memakai tabung gas 3 kg di kantor atau di rumahnya? Terawangan saya mengindikasikan bahwa tabung gas dan elemen lainnnya di rumah mereka steril dari bencana tabung gas. Harap maklum!
"Fenomena aneh sedang terjadi di negara kita. Ya, penguasa bikin masalah saja!" gerutu tetangga saya.
"Bukan hanya pemerintah, melainkan parlemennya juga," timpal saya.
Pemerintah dan parlemen juga wajib kecipratan dosa dari teror tabung gas itu sebab mereka meneken anggaran sehingga pemerintah melancarkan aksi gerakan tabung gas 3 kg.
Namun, seperti biasa dalam setiap kebijakan yang dipertontonkan penguasa kepada rakyat, selalu menunggu banyak korban. Adegan-adegan kebijakaan pusat selalu ditiru penguasa daerah, misalnya membiarkan fasilitas umum (lapangan olahraga dan jalan raya) dimanfaatkan pedagang kaki lima dalam jumlah sedikit, lama-lama bertumbuh, dan makin lama makin sulit diusir. Intinya penguasa selalu menarik retribusi sehingga ketika menjadi gunung masalah, barulah seperti kebakaran jenggot.
Jika korban ledakan tabung gas 3 kg terus bertambah, apa menunggu sampai rakyat ramai-ramai ke istana dan gedung parlemen? Kemudian, langkah cepat apa yang harus segera dibuktikan penguasa? Walaupun aparat kepolisian telah menemukan beberapa para pencoleng yang memalsukan tabung gas, bagaimana Pertamina sebagai kepanjangan tangan penguasa bersikap? Bagaimana pula Kementerian ESDM dan Kementerian Perdagangan tanggap?
Teror tabung gas bukan main-main. Ini serius sebab menyangkut hak hidup rakyat banyak. Kalau tak becus mengurus tabung gas saja, bagaimana mengelola negara? Aparat kepolisian wajib membongkar pelaku pembuat regulator, selang, dan elemen palsu lainnya sampai pemodal dan mungkin pengelola SNI. Jangan-jangan ada markus di lembaga SNI?
Solusi
Silang pendapat yang kian membingungkan tengah terjadi secara lambat. Pihak-pihak terkait masih sebatas mencari solusi, bukan aksi nyata. Misalnya, segera menarik ulang semua tabung gas bermasalah. Kemudian, musnahkan saja agar tidak digunakan kembali.
Kemudian, para pejabat Pertamina yang mengawasi pengisian gas di depo pengisian, harus mengecek prosedurnya sampai tabung itu benar-benar aman dan nyaman digunakan rakyat. Kalau perlu, minta bantuan aparat kepolisian agar tabung gas yang dinyatakan layak, benar-benar aman sampai di bagian distrubusi. Jangan sampai di tengah jalan, tabung gas itu dihadang para pencoleng, yang membuka usaha pengoplosan tabung gas.
Presiden dan elemen parlemen yang bertanggung jawab mengadakan proyek tabung gas, jika perlu mengadakan sidang paripurna membahas tabung gas. Kemudian, rekomendasikan secara cepat kepada pihak terkait untuk memperbaiki masalah ini. Jangan sampai menunggu demo rakyat ke istana dan gedung parlemen.
Mudah-mudahan, korban tabung gas itu diberi ketabahan. "Ujian dari negara" ini mudah-mudahan membuka hati penguasa dan anggota parlemen untuk bereaksi cepat. Tabung gas yang meledak di sana-sini, jadi teror baru bagi rakyat. Bukti nyata apa yang telah dilakukan Pertamina? Apakah ada santunan untuk korban ledakan tabung gas itu? Agar tidak tampak pandir di depan rakyat, secepatnyalah pihak-pihak yang bertanggung jawab, menyantuni para korban ledakan tabung gas itu.
Satu lagi, pihak pengelola SNI harus kembali bersujud (sebenar-benarnya sujud) memohon ampun kepada Allah swt. jika memang bekerja tidak sesuai dengan standar, yang akibat dari kelalaiannya, tabung gas dan elemen lainnya yang dinyatakan berlabel SNI, nyata-nyata jadi bom.
sumber:http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/25308/teror-tabung-gas
0 Komentar untuk "Teror Tabung Gas"