Melawan Hama Tikus dengan Burung Hantu (Tyto alba javanica)
Dalam sejarahnya, Burung serak (Tyto alba javanica Gmel.) telah diintroduksi dari ekosistem perkebunan kelapa sawit ke ekosistem persawahan untuk mengendalikan hama tikus. Tikus sawah merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan pada tanaman padi diantara hama utama lainnya yang ada di Indonesia. Peningkatan serangan hama tikus di daerah sentra produksi padi dampaknya sangat nyata dan dirasakan oleh petani sangat memberatkan. Pengendalian tikus yang biasa digunakan di Indonesia dengan mengandalkan rodentisida pada awalnya dapat menurunkan populasi, tetapi jangka panjang kurang menguntungkan karena akan terjadi kompensasi populasi dan berdampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu agar pengendalian dapat berkelanjutan dan dampak negatif terhadap lingkungan dapat dihindari, maka pengendalian hayati menjadi pilihan utama. Pengendalian hayati terhadap hama tikus memberikan harapan yang baik di masa mendatang. Hal ini dapat terjadi karena jika agens pengendali hayati telah mapan di suatu tempat sifatnya berkelanjutan dan ramah terhadap lingkungan. Pemanfaatan burung serak Tyto alba javanica sebagai agens pengendali hayati hama tikus telah memberikan hasil yang cukup baik di sektor perkebunan kelapa sawit. Burung serak merupakan pemangsa tikus yang berpotensi karena kemampuan mencari dan mengkonsumsi mangsa lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemangsa lain dari Kelas Reptilia dan Mammalia. Mangsa utama burung serak lebih dari 90% adalah jenis tikus, dengan kemampuan memangsa antara 3-5 ekor tikus per hari.
Sepasang burung serak dapat menjangkau wilayah pengendalian seluas 25ha, dengan perhitungan total beaya Rp2.703 ha-1 tahun-1, jika pengendalian dengan kimia misalnya pemasangan umpan beracun total beaya Rp22.550 ha-1 tahun-1. Pemanfaatan burung serak untuk mengendalikan hama tikus selain di perkebunan kelapa sawit juga telah dirintis di beberapa ekosistem persawahan dengan mengintroduksi dari areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara. Beberapa wilayah di Indonesia yang telah mengintroduksi burung serak antara lain, Bali,Jawa Tengah, Kalimantan dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Malaysia juga telah memanfaatkan burung serak untuk mengendalikan tikus sawah (Widodo, 2000; Mangoendihardjo &Wagiman, 2001; Hafidzi, 2003 ) Namun demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kemapanan burung serak di ekosistem persawahan belum pernah dikaji secara mendasar. Kemapanan burung serak dalam suatu ekosistem sangat tergantung pada ketersediaan habitat yang sesuai. Habitat adalah tempat beserta komponen-komponennya dimana burung serak dapat hidup dan berkembang secara optimal.
Melihat sejarah yang penjang dan bermanfaat ini, tek heran bila penangkaran burung hantu jenis tyto alba ini mendapat perhatian serius dari Pemkab Ngawi terutama dari Litbangda Kab Ngawi. Hal ini terungkap ketika Bupati Ngawi dr H Harsono, Rabu,(16/6/2010) turun langsung ke Gayam dan melihat penangkaran burung hantu. Tercatat sejak tahun 1999 hingga sekarang petani di desa gayam telah berhasil menangkarkan Burung Hantu hingga menjadi 4.208 ekor..
Dalam kesempatan tersebut Bupati Ngawi dr. Harsono tampak merasa bangga menyaksikan masyarakat petani Desa Gayam yang berhasil membudidayakan burung hantu sehingga tikus yang menyerang padi dapat ditangkal dengan musuh alami dan sekaligus kelestarian lingkungan dapat dijaga dengan baik dan keseimbangan ekosistem dapat diwujudkan. Jumlah persebaran penangkaran burung hantu (tyto alba) di Kabupaten Ngawi masih sangat terbatas sehingga masih perlu terus-menerus dikembangkan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Penulis mencatat bahwa pengembangannya baru di wilayah Kecamatan Ngrambe, Sine, Kendal, Jogorogo dan Widodaren.Usaha penangkaran yang dipelopori oleh pak Jumangin ini memang sangat serius sehingga dapat sukses dan dilihat hasilnya. Kesuksesan ini juga berkat adanya kerjasama dengan Kabupaten Boyolali, Demak, Klaten, Gorontalo dan Manado. Di daerah tersebut burung hantu juga dikembangkan untuk tujuan yang sama sebagaimana di Ngawi yaitu untuk melawan hama tikus, dan daerah tersebut juga mengambil anakan burung hantu dari tempat penangkaran di Desa Gayam.
sumber:http://www.humasngawi.com
0 Komentar untuk "Melawan Hama Tikus dengan Burung Hantu (Tyto alba javanica)"