Iya sebaris kalimat itu yang diucapkan oleh ayahku saat terakhir aku pulang kerumah.
Itulah sebagian dari nasihat yang disampaikan orang tua saya buat saya dan wiwid adik perempuan saya. Abah (panggilan untuk orang tua saya) tampaknya sangat menaruh harapan yang sangat besar kepada say a dan wiwid untuk bisa maju. Karena sudah terlalu banyak ejekan dan tertawaan buat orang tua saya yang mengatakan tidak mungkin seorang supir bisa menyekolahkan anaknya, tapi ayah saya menganggap ejekan dan tertawaan orang - orang itu sebagai cambuk buat dirinya agar bisa mematahkan dan mebuktikan kepada orang - orang yang telah mengejek dan mentertawakannya. Buktinya sekarang sudah mulai kelihatan dilingkungan tempat tinggal orang tua saya. Banyak keluarga muda yang simpati kepada orang tua saya, karena hanya seorang supir taksi tapi bisa menguliahkan kedua anaknya. Mendengar sebait kalimat yang disampaikan tetanggaku itu mebuat hati ini rasanya bangga, mempunyai orang tua yang mau bekerja keras demi anak – anak. Mungkin aku tidak perlu lagi mencari pigur seorang laki- laki yang menjadi panutan dalam hidupku seperti tokoh politik atau artis. Tapi pigur laki – laki yang menjadi panutanku adalah abahku.
Abah, bangga rasanya terlahir dari sosok seperti dirimu, yang hidupnya sederhana, memiliki jiwa social yang tinggi, dan lebih mementingkan kepentingan keluarga diatas kepentingan pribadimu sendiri.
sumber:http://dorisuhendra.blogspot.com/2010/02/laki-laki-sesungguhnya.html
0 Komentar untuk "Makna Sebuah Kehidupan"