Hening dalam renungan (ku)
Terasa, matahari tiada pernah menampakkan cahayanya, hingga senja yang indahpun enggan, menghiasi jiwa.
Terasa, hanya gelapnya malam yang gulita... pekat, tanpa terdengar kipasan pohon yang tersapu angin, dan…tanpa terdengar, nyaringya lolongan anjing malam, begitu kosong, serasa tak berpenghuni.
Bukan sepi, tapi hening yang membalut hati dan jiwa, mungkin isak tangis dari diri sendiripun, enggan bersuara.
Hanya renungan yang membawaku menjadi hening, dari segala kisah yang telah tertoreh .
Aku diam, kupejamkan mata…ku-kuatkan jiwa, kulihat harapan dan asa masih terbentang...
"harus kugapai…!!! pekikku…sambil kubelai hati.
Tapi, kisah ini masih berlanjut dari sekian episode, Allah masih memberiku peran yang berliku, tetapi aku harus melakoninya, tanpa imbalan. Walau janji-NYA tak ingkar untuk setiap hamba-NYA, bila sebuah lakon terlakoni dengan baik, dari sebuah kehidupan lain yang menjanjikan, yaitu surga.
Tetapi, aku tak berharap imbalan itu, biarkan kujalani lakon ini seperti air mengalir, dan imbalan kupasrahkan pada-NYA.
Hening, masih menyelimuti renungan ini, karena kumasih mencari –cari…harus berjalan kearah mana yang sebaik-baiknya kulewati, agar aku tak tersesat.
Kupecahkan hening dengan dzikir, dan air mata dalam hening-pun tumpah membasahi jiwa.
Dengan tarikan nafas panjang, sambil kubuka mata…cahaya matahari dan indahnya senja serasa mulai menampakkan, menerangi jiwa. Akh…renungan ini membuatku seperti ada energi baru tuk berjalan terus dari perjalanan jauh ini.
sumber : http://sabarya.blogspot.com/2010/06/hening-dalam-renungan-ku.html
0 Komentar untuk "Hening dalam renungan (ku)"